1. Selalu Jaga Kontrol Perkembangan dan Komunikasi dengan Anak
Cara pertama yang tidak boleh diabaikan oleh para orang tua adalah mengontrol dan menjaga komunikasi dengan anak mereka.
Banyak orang tua yang berpikir bahwa ketika anak sudah mulai memasuki tahap pendidikan formal, mereka akan memiliki banyak teman sehingga tidak akan kesepian. Sebenarnya proses bersosialisasi sang anak juga bergantung bagaimana didikan orang tuanya semasa balita terdahulu.
Bila saat balita anak tidak diajarkan cara sosialisasi yang baik, maka anak tersebut tentunya menjadi insecure dan tak mau berkenalan dengan teman sebayanya.
Dengan begini, perkembangan di sekolahnya pun tak akan maksimal. Inilah mengapa peran orang tua sangat penting untuk bisa melihat seberapa jauh perkembangan anak di luar rumah. Mereka harus memantau agar anak tidak kesulitan menjalin hubungan dengan orang baru.
Maka,
fungsi komunikasi juga tak kalah krusial. Selalu tanyakan apa saja yang
telah dilaluinya di sekolah, biarkan ia bercerita dan dengarkan dengan
baik semua yang dikatakannya.
2. Berikanlah Dukungan yang Tulus
Setiap anak pasti akan merasa lebih percaya diri jika orang yang disayanginya mampu mendukung apapun aktivitasnya. Dalam hal ini adalah orang tua.
Berikan juga penjelasan tentang apa saja nanti yang bisa diraihnya di masa depan, jika benar-benar menekuni kegiatan tersebut.
3. Bantu Anak Menghadapi Masalahnya
Ketika anak merasa down atau mengalami kesulitan, langsung berikan bantuan kepadanya tanpa diminta. Anak dalam usia 6 – 12 tahun belum memiliki mental yang cukup kuat, sehingga mereka masih sangat bergantung pada orang tua.
Apapun kesulitan yang dialaminya baik dari PR, tentang teman-temannya, dan sebagainya, coba tanyakan padanya seperti apa kesulitan yang dialami. Setelah itu, Anda bisa membantunya sambil memberikan solusi yang tepat.
Jangan terlalu menasihati anak dengan keras, karena mereka hanya membutuhkan perhatian lebih dari Anda.
4. Ajarkan Anak Untuk Selalu Menghargai Waktu
Berikutnya yang tak kalah penting untuk diajarkan kepada anak adalah masalah waktu. Waktu yang terbuang percuma tidak dapat dikembalikan. Oleh karena itu, didiklah anak untuk selalu disiplin di setiap kegiatannya.
Mulai dari bangun pagi untuk sekolah. Jangan ragu bangunkan anak yang belum bangun untuk bersiap-siap sekolah. Karena bila Anda membiarkannya terus-menerus, hal ini akan menjadi kebiasaan.
Anda juga bisa membuat kesepakatan kepada anak terkait jadwal pulang sekolah. Katakan padanya ketika sekolah usai untuk langsung pulang ke rumah. Perkara anak ingin bermain lagi bersama teman, itu bisa dilakukan lagi setelah pulang sekolah.
Hal serupa juga bisa ditekankan pada PR yang diberikan oleh guru.Biasakan pada anak untuk langsung mengerjakan PR tanpa menunda-nunda waktu.
5. Kenalkan Padanya Tentang Hak dan Kewajiban di Rumah
Semakin bertambah usia anak, maka daya penalarannya semakin tinggi. Ia juga mulai bisa berperan aktif dalam beberapa kegiatan di rumah. Anda bisa mempercayakan tanggung jawab kepadanya sedikit demi sedikit.
Anak usia SD umumnya masih punya beberapa mainan yang menjadi favoritnya. Anda dapat menyuruh anak merapikan semua mainan setelah selesai digunakan.
Selain itu, Anda juga bisa membuat anak turut serta dalam mengelola rumah. Misalnya mulai dari merapikan tempat tidurnya sendiri, menyapu teras rumah, atau mencuci piring dan gelas yang tidak terbuat dari beling.
Tentu Anda harus tetap mengajari dan memberikan contoh kepada mereka terlebih dahulu, sebelum mempercayakan semua tanggung jawab tersebut.
6. Ajarkan Untuk Bersikap Jujur
Anak usia 6 – 12 tahun sudah mulai bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Akan tetapi, ada kemungkinan mereka sulit mengungkapkan kejujuran ketika melakukan kesalahan, karena takut dengan konsekuensi yang diterima.
Inilah mengapa orang tua harus mulai membiasakan anak berkata jujur meskipun ia berbuat salah. Berilah pengertian bahwa Anda tak akan menghukum sang anak. Hibur dia bahwa perkataan yang jujur mampu memperbaiki situasi.
7. Kembangkan Fungsi Otak Kanan Anak
Biasanya para orang tua lebih mementingkan kinerja otak kiri anak yang berhubungan dengan akademis. Padahal fungsi otak haruslah seimbang.Jangan musnahkan bakat yang dimiliki anak. Cari tahu apa kesukaannya.
Mungkin dia berbakat dalam menyanyi, melukis, menari, maupun bermain musik. Anda bisa memaksimalkan bakat anak dengan membuatnya mengikuti kegiatan khusus yang berhubungan dengan minatnya tersebut.
Betapa pentingnya untuk mengikuti perkembangan anak. Semua kemampuan anak justru bisa terlihat sejak kecil.
Anda harus mengoptimalkan semua potensinya agar tidak terpendam secara percuma. Jadikanlah ia anak yang mempunyai prestasi membanggakan dengan kemampuannya tersebut.
Komentar
Posting Komentar